Keutamaan Sifat Malu
1. Defenisi sifat malu
a. Secara Bahasa
Kata Malu bisa diambil dari tiga fi’il yaitu seperti table berikut ini:
اسم فاعل
|
مصدر
|
فعل مضارع
|
فعل ماض
|
الرقم
|
حَيِيٌّ
|
حَيَاةً/حَيَاءً |
يَحْيَى
|
حَيِيَ
|
1
|
مُسْتَحٍ
|
اِسْتِحْيَاءً
|
يَسْتَحِي
|
اِسْتَحَى
|
2
|
مُسْتَحٍ
|
اِسْتِحْيَاءً
|
يَسْتَحْيِي
|
اِسْتَحْيَا
|
3
|
Dan di dalam Al-Qur’an Allah menggunakan kata يَسْتَحْيِي, sebagaimana Allah berfirman:
[البقرة:٢٦]( إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا),
artinya “Sesungguhnya Allah tiada malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.”( QS. Al Baqorah:26).
Dan berkata Imam al-Wahidi Rahimahullahu ta’ala: berkata ahli Bahasa “malu itu adalah kesopanan, seseorang itu malu karena ada kesopanan dalam dirinya, hal itu karena dalamnya pengetahuan seseorang itu tentang perkara yang gaib”.
b. Secara Istilah
Malu adalah Membatasi diri dari sesuatu dan meninggalkanya karena kehati-hatian menjaga harga diri”.
Dan berkata Imam al Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullahu ta’ala: malu adalah sikap yang memotivasi pelakunya untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya.” (Fathul Bari, 1/68).
2. Sifat malu adalah salah satu dari sifat-sifat Allah Ta’ala
Terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits bahwa malu adalah salah satu dari sifat Allah Ta’ala, sifat malu pada Allah menunjukkan akan kesempurnaan Allah atas kemulian, keutamaan, kedermawanan dan keagungan-Nya. Dari Salman Radhiyallahu’anhu berkata: bahwa Rasulullah bersabda:
(إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إذا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا)
Artinya ‘‘Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu dari hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (meminta-Nya) dikembalikan dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa“. [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Doa 2/78 No.1488, Sunan At-Tirmidzi, bab Doa 13/68. Musnad Ahmad 5/438. Dishahihkan Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud].
Ibnul Qayyim rahimahullah juga menjelaskan makna nama Allah ini dalam bait-bait Nuniyyah-nya,
وَهُوَ الْحَيِيُّ فَلَيْسَ يَفْضَحُ عَبْدَهُ عِنْدَ التَّجَاهُرِ مِنْهُ بِالْعِصْيَانِ
لَكِنَّهُ يُلْقِي عَلَيْهِ سِتْرَهُ فَهُوَ السِّتِّيْرُ وَصَاحِبُ اْلغُفْرَانِ
“Dan Dialah Al-Hayiyyu (Yang Maha Pemalu), Dia tidak akan membuka aib hamba-Nya saat hamba tersebut terang-terangan dalam bermaksiat.
Namun, Dia justru melemparkan tirai penutupnya, dan Dialah As-Sittiir (Yang Maha Menutupi) dan mampu memberikan ampunan.” (Dinukil dari An-Nahju Al-Asmaa’).
Dan berkata syaikh al Harras: sifat malu pada Allah adalah sifat yang layak bagi-Nya, tidak sama dengan sifat malu pada makhluk, dimana ketika seseorang malu maka berubah rona mukanya karena takut akan dicela. Sebaliknya, Allah meninggalkan apa yang tidak sepadan dengan luasnya belas kasih kasayang, kesempurnaan, kemurahan, luas pengampunan, dan kebaikan-Nya.
3. Perbedaan al haya’ (الحياء) dan al khojal (الخجل)
Al khojal adalah munculnya perasaan cemas, gelisah karena tidak ada alasan yang benar atau munculnya perasaan bimbang atau semisalnya dan disertai perasan takut.
Al haya’ adalah menolak sesuatu karena menjaga harga diri, oleh karena itu dikatakan pulan malu melakukan hal ini, digunakan kata haya’ bukan khojal, karena perasaan seseorang itu tidak merubah suasana hati atau rona mukanya sebelum melakukannya.
Dan berkata al Anbari: ‘asal kata khojal secara bahasa bermakna malas, lemah, dan tidak giat kerja, sehingga banyak dari kalangan arab memaknai khojal sebagai orang yang terbata-bata dalam berbicara.
Dan dalam sebuah hadits:
إنَّكُنَّ إِذا جُعْتُنَّ دَقِعْتُنَّ وإِذا شَبِعْتُنَّ خَجِلْتُ
‘Sesungguhnya kalian jika lapar kalian merengek dan jika kenyang kalian malas’. (hadits).
Dan sebagian orang arab mengartikan khojal adalah bingung.
4. Keutamaan sifat al haya’ (malu)
Sifat malu adalah salah satu keutamaan dari fitroh manusia. Malu itu adalah kebaikan dan kemulian oleh karena itu Rasulullah bersabda:
الحياء خير كله
Artinya “Sifat malu itu baik semuanya” (HR. Muslim)
Dan di antara keutamaannya adalah:
1. Allah mencintainya
Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang shohih Rasulullah bersabda:
عَنْ يَعْلَى أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- رَأَى رَجُلاً يَغْتَسِلُ بِالْبَرَازِ فَصَعِدَ الْمِنْبَرَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَلِيمٌ حَيِىٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ فَإذا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِ
Artinya “Dari Ya'la bin Umayyah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat seorang lelaki mandi di tempat terbuka tanpa ada kain penutup. Lantas beliau naik mimbar lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya. Selanjutnya beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- Maha Pemalu lagi maha menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutup (aib/aurat), maka jika seseorang di antara kalian mandi, hendaklah dia memakai tabir”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i).
2. Sifat malu merupakan sunnah para nabi
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((خَمْسٌ مِنْ سُنَنِ الْمُرْسَلِينَ: الْحَيَاءُ وَالْحِلْمُ، وَالْحِجَامَةُ، وَالتَّعَطُّرُ، وَالنِّكَاحُ
Artinya “Dari ibnu Abbas raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda: “Lima hal merupakan sunnah para Rasul: malu, bijaksana, bekam, memakai minyak wangi dan menikah". (HR. Thabroni).
3. Akhlak Islam
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-إِنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا وَخُلُقُ الإِسْلاَمِ الْحَيَاءُ
Artinya “Sesungguhnya bagi setiap agama ada akhlak dan akhlak Islam adalah sifat malu”. (HR. Ibnu Majah).
4. Pintu segala kebaikan
الحياء لا يأتي إلا بخير
Artinya “Al Haya’ (Rasa malu) tidak datang kecuali dengan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam Ibnu Hajar rahimahullahu ta’ala berkata: “Jika sifat malu menjadi kebiasaan seseorang maka, hal itu akan menjadi sebab baginya mendapatkan kebaikan”.
5. Malu menutupi keburukan
إن مما أدرك الناس من كلام النبوة الأولى إذا لم تستح فاصنع ما شئت
Artinya “Sesungguhnya antara kata-kata ungkapan Kenabian terdahulu yang dapat diketahui dan dipetik oleh manusia ialah: Jika engkau tidak malu, maka lakukanlah apa sahaja yang engkau mau.” (HR. Bukhori).
Dan berkata Ibnu al-Qoyyim:
”Akhlak rasa malu termasuk akhlaq yang paling utama, dan paling mulia serta paling agung kedudukannya, paling banyak manfaatnya. Bahkan ia merupakan sesuatu yang inheren (menyatu) pada diri seseorang. Maka, barangsiapa yang tidak memiliki rasa malu, maka sesungguhnya tak ada bersamanya sifat kemanusiaan kecuali daging dan darah serta gambar keduanya yang nampak, sepertinya tak ada kebaikan sedikitpun bersamanya.” (Miftah Daaru as-Sa'adah, hal.227).
6. Jalan mendapatkan Cinta Allah
إن الله عز وجل إذا أنعم على عبد نعمة يحب أن يرى أثر النعمة عليه، ويكره البؤس والتباؤس، ويبغض السائل الملحف ويحب الحيي العفيف المتعفف
Artinya “ Sesungguhnya Allah jika memberi nikmat kepada para hamba-Nya, Dia ingin melihat dampaknya, dan Allah membenci orang yang suka minta-minta dan orang yang pura-pura miskin, dan Allah mencintai orang yang malu, dan orang yg menahan diri dari minta-minta.” (HR. Baihaqi).
7. Sifat malu adalah hiasan
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-مَا كَانَ الْفُحْشُ فِي شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ وَمَا كَانَ الْحَيَاءُ فِي شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ
Artinya “Dari Anas RA ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah sifat buruk berada dalam sesuatu (pada seseorang) melainkan akan memburukannya, dan tidaklah sifat malu ada dalam sesuatu (pada seseorang) kecuali ia akan menghiasinya.”. (HR Tirmizi No: 1897).
8. Sifat malu mengantarkan ke surga
الْحَيَاءُ مِنَ الإِيمَانِ وَالإِيمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَالْبَذَاءُ مِنَ الْجَفَاءِ وَالْجَفَاءُ فِي النَّارِ
Artinya “Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di Surga dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di Neraka (HR.Tirmidzi).
Diterjemahkan dari kitab كتاب موسوعة الأخلاق الإسلامية - الدرر السنية
Judul Asli الحياء
Perterjemah: Darus Selian
Referensi tambahan dalam menterjemahkan: