Kiat Agar
Semangat Tidak Kendor dalam Belajar Islam
Membahas
mengenai semangat yang kendor dalam belajar Islam, saat ini kami akan membantu
dengan menerangkan bagaimanakah agar terus punya rasa semangat dalam belajar.
Hal ini pun bisa diterapkan dalam amalan ibadah lainnya.
1.
Luruskan Niat Dalam Belajar
Kita tentu tahu
bahwa kita diperintahkan untuk ikhlas dalam ibadah termasuk pula dalam belajar
ilmu agama, sebagaimana Allah Ta’ala perintahkan:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ
الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah: 5).
Begitu pula
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya
setiap amalan tergantung pada niat dan setiap orang akan mendapatkan apa yang
ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Karena
ikhlaslah suatu kaum menjadi mulia. Sebagaimana Abu Bakr Al Marrudzi pernah
mendengar seseorang berkata pada Abu ‘Abdillah yaitu Imam Ahmad bin Hambal
mengenai jujur dan ikhlas. Imam Ahmad pun berkata:
بهذا ارتفع القوم
“Dengan ikhlas,
semakin mulialah suatu kaum.” (Ta’zhimul ‘Ilmi).
Guru kami,
Syaikh Sholih Al ‘Ushoimi berkata:
وإنما ينال المرأ العلم على قدر إخلاصه
“Seseorang bisa
meraih ilmu sesuai dengan kadar ikhlasnya” (Ta’zhimul ‘Ilmi). Artinya, semakin
seseorang ikhlas dalam belajar, maka semakin mudah meraih ilmu. Jika semakin mudah,
maka ia pun akan terus semangat dalam belajar.
Yang dimaksud
ikhlas dalam belajar -sebagaimana kata Syaikh Sholih Al ‘Ushoimi:
a- Belajar
agama untuk menghilangkan kebodohan pada diri sendiri.
b- Belajar
agama untuk menghilangkan kebodohan pada orang lain.
c- Belajar
agama untuk menghidupkan dan menjaga ilmu.
d- Belajar
agama untuk mengamalkan ilmu.
Guru kami,
Syaikh Sholih Al ‘Ushoimi lalu berkata:
فالعلم شجرة والعمل ثمرة وإنما يراد العلم بالعمل
“Ilmu itu
ibarat pohon, amal itu buahnya. Ilmu itu dicari untuk diamalkan.”(Ta’zhimul
‘Ilmi, hal. 27).
Memperbaiki
niat inilah yang membuat kita bisa terus semangat dalam belajar. Namun
memperbaikinya tentu sulit dan butuh perjuangan.
Sufyan Ats
Tsauri pernah berkata:
ما عالجتُ شيئاً أشدَّ عليَّ من نيَّتي ؛ لأنَّها تتقلَّبُ
عليَّ
“Tidaklah yang
paling sulit untuk kuobati selain daripada niatku. Karena niatku selalu
berbolak-balik.” (Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam).
Sulaiman bin
Daud Al Hasyimiy berkata:
ربَّما أُحدِّثُ بحديثٍ ولي نيةٌ ، فإذا أتيتُ على بعضِه ،
تغيَّرت نيَّتي ، فإذا الحديثُ الواحدُ يحتاجُ إلى نيَّاتٍ
“Terkadang
ketika aku menyampaikan satu hadits, aku butuh pada niat. Lalu jika beralih
pada hadits yang lain, maka berubah pula niatku. Sehingga satu hadits itu butuh
pada beberapa niat.” (Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Ulum wal
Hikam).
Bisa jadi
seseorang dalam belajar pada awalnya ingin mengharap ridho selain Allah, namun
ilmu nantinya yang mengantarkan dia pada ridho Allah. Ad Daruquthi berkata:
طلبنا العلم لغير الله فأبي أن يكون إلا لله
“Kami dahulu
menuntut ilmu karena ingin menggapai ridho selain Allah. Namun ilmu itu enggan,
ia hanya ingin niatan tersebut untuk Allah.” (Disebutkan dalam Tadzkiroh As
Saami’ wal Muta’allim, dinukil dari Ma’alim fii Thoriqi Tholabil ‘Ilmi, hal.
18).
2.
Mengamalkan ilmu
Mengamalkan
ilmu membuat seseorang semakin kokoh dan semangat untuk meraih ilmu lainnya.
Sedangkan enggan mengamalkan ilmu adalah sebab hilangnya barokah ilmu. Bahkan
karena tidak mengamalkannya, itu bisa jadi argumen untuk menjatuhkan diri
seorang penuntut ilmu. Allah telah mencela orang-orang semacam ini dalam ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا
تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا
تَفْعَلُونَ (3(
“Wahai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Jika seseorang
mengamalkan ilmu, maka Allah akan semakin memudahkan ia mendapatkan taufik
untuk meraih ilmu lainnya. Selain itu, mengamalkannya semakin menolongnya
membedakan antara yang benar dan yang keliru. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ
يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
“Hai
orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan
kepadamu Furqaan (membedakan antara yang hak dan batil)” (QS. Al Anfal: 29).
Dalam ayat lain
disebutkan:
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآَتَاهُمْ
تَقْوَاهُمْ
“Dan
orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka
dan memberikan balasan ketaqwaannya.” (QS. Muhammad: 17).
Ibnu Mas’ud
Radhiallahu ‘Anhu berkata:
كان الرجل منا إذا تعلم عشر آيات لم يجاوزهن حتى يعرف معانيهن،
والعمل بهن
“Dahulu
orang-orang di antara kami (yaitu para sahabat Nabi) mempelajari sepuluh ayat
Qur’an, lalu mereka tidak melampauinya hingga mengetahui makna-maknanya, serta
mengamalkannya.” (Muqoddimah Tafsir Ibnu Katsir)
Al-Imam Adz
Dzahabi Rahimahullah berkata:
واما اليوم فما بقي من العلوم القليلة الا القليل في أناس قليل
ما أقل من يعمل منهم بذلك القليل فحسبنا الله ونعم الوكيل
“Adapun hari
ini: ilmu sedikit yang tersisa hanyalah sedikit yang ditemui pada orang-orang
yang jumlahnya pun sedikit. Yang mengamalkannya pun sedikit. Hasbunallah wa
ni’mal wakil, hanya Allah yang memberikan kecukupan dan pertolongan”
(Tadzkirotul Hafizh).
3.
Bergaul dengan orang-orang yang sholih
Allah
menyatakan dalam Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu para
sahabat Nabi untuk tetap semangat dalam iman adalah keberadaan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman:
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ
اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Bagaimana
mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah
dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian? Dan
barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia
telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran: 101).
Allah juga
memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا
مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At Taubah: 119).
Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang
yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita. Karena dengan
sahabat baiklah yang membuat agama kita semakin kokoh. Dari Abu Musa, Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ
صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ
إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ
بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang
duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan
berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak
dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat
baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan
atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”
(HR. Bukhari)
Ibnu Hajar Al
Asqolani Rahimahullah mengatakan: “Hadits ini menunjukkan larangan berteman
dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini
juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan
manfaat dalam agama dan dunia.” (Fathul Bari)
Para ulama pun
memiliki nasehat agar kita selalu dekat dengan orang sholih.
Al Fudhail bin
‘Iyadh Rahimahullah berkata:
نَظْرُ المُؤْمِنِ إِلَى المُؤْمِنِ يَجْلُو القَلْبَ
“Pandangan
seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati.” (Siyar A’lam an-Nubala’)
Maksud beliau adalah dengan hanya memandang orang sholih, hati seseorang bisa
kembali tegar. Oleh karenanya, jika orang-orang sholih dahulu kurang semangat dan
tidak tegar dalam ibadah, mereka pun mendatangi orang-orang sholih lainnya.
‘Abdullah bin
Al Mubarok Rahimahullah mengatakan, “Jika kami memandang Fudhail bin ‘Iyadh,
kami akan semakin sedih dan merasa diri penuh kekurangan.”
Ja’far bin
Sulaiman mengatakan, “Jika hati ini ternoda, maka kami segera pergi menuju
Muhammad bin Waasi’.” (Lihat Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin
Husain Al ‘Afani, hal. 466)
Ibnul Qayyim Rahimahullah
mengisahkan, “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan
gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika
kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu
Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan
mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami
rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”. (Lihat
Shahih Al Wabilush Shoyyib)
4.
Bersifat pertengahan
Di antara sebab
yang membuat seseorang cepat futur dalam belajar adalah sikap terlalu
berlebihan (esktrim). Terlalu mempress dirinya untuk belajar tanpa mengenal
waktu, tanpa istirahat badan dan tidak memperhatikan tubuhnya.
Cobalah ambil
pelajaran dari hadits berikut ini.
Dari Mujahid,
ia berkata, aku dan Yahya bin Ja’dah pernah menemui salah seorang Anshor yang
merupakan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, para
sahabat Rasul membicarakan bekas budak milik Bani ‘Abdul Muthollib. Ia berkata
bahwa ia biasa shalat malam (tanpa tidur) dan biasa berpuasa (setiap hari tanpa
ada waktu luang untuk tidak puasa). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
bersabda, “Akan tetapi aku tidur dan aku shalat malam. Aku pun puasa, namun ada
waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa yang mencontohiku, maka ia termasuk
golonganku. Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia bukan termasuk
golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya. Siapa yang
rasa malasnya malah menjerumuskan pada bid’ah, maka ia sungguh telah sesat.
Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah yang
mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad).
Kita mesti
bersikap pertengahan termasuk pula dalam belajar agar sikap semangat bisa terus
dijaga. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah menasehati ‘Abdullah bin
‘Amr:
لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Dirimu itu
memiliki hak yang mesti diperhatikan. Begitu pula keluargamu memiliki hak yang
mesti diperhatikan.” (HR. Ahmad, Sanad hadits ini hasan).
Begitu pula
amalan yang terbaik adalah amalan yang pertengahan dan rutin, walau jumlahnya
sedikit. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda:
وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ
قَلَّ
“Sesungguhnya
amalan yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang rutin (kontinu) walau
jumlahnya sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
5.
Perbanyak do’a pada Allah agar tetap terus semangat
Dalam Al Qur’an
Allah Ta’ala memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdo’a kepada-Nya
untuk meminta keteguhan iman, termasuk dalam hal ini adalah semangat dalam belajar.
Allah Ta’ala berfirman:
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ
فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا
اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (146) وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ
إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي
أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
(147) فَآَتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآَخِرَةِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (148
“Dan berapa
banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya)
yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan: ‘Ya Rabb kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam
urusan kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir‘. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan
pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebaikan” (QS. Ali ‘Imran: 146-148).
Dalam ayat lain
Allah Ta’ala berfirman:
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا
وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Rabb kami,
limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan
tolonglah kami terhadap orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah: 250)
Do’a lain agar
mendapatkan keteguhan dan ketegaran adalah:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ
لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami,
janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron: 8)
Do’a yang
paling sering Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam panjatkan adalah:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal
qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah
hatiku di atas agama-Mu).”
Ummu Salamah Radhiyallahu
‘Anha pernah menanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, kenapa
do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
seraya menjawab:
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ
بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ
أَزَاغَ
“Wahai Ummu
Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah.
Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman.
Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” (HR.
Tirmidzi, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dalam riwayat
lain dikatakan:
إِنَّ الْقُلُوبَ بِيَدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا
“Sesungguhnya
hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya.”
(HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini kuat
sesuai syarat Muslim)
Al Hasan Al
Bashri Rahimahullah ketika membaca ayat:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا
وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah
pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30); ia pun berdo’a, “Allahumma anta robbuna,
farzuqnal istiqomah (Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami. Berikanlah
keistiqomahan pada kami).” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam)
Semoga
bermanfaat dan moga semangat tidak kendor dalam belajar ilmu diin. Hanya Allah
yang memberi taufik.
Sumber
https://rumaysho.com/3315-kiat-agar-semangat-tidak-kendor-dalam-belajar-islam.html