Sebab dan Makna Jangan Marah
Sebab dan Makna Jangan Marah

A. Sebab–sebab marah

  1. Melihat hal yang dibenci
Jika melihat sesuatu yang dibenci akan memunculkan kemarahan, maka hendaknya seseorang menahan tangan dan lidahnya.

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا إِلاَّ أَنْ يُجَاهِدَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا نِيلَ مِنْهُ شَىْءٌ قَطُّ فَيَنْتَقِمَ مِنْ صَاحِبِهِ إِلاَّ أَنْ يُنْتَهَكَ شَىْءٌ مِنْ مَحَارِمِ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.  رواه مسلم 

Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata: Bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya, tidak pada perempuan (istri), tidak juga pada pembantu, kecuali dalam perang di jalan Allah. Nabi Shallallahu Alahi Wasallam juga ketika diperlakukan sahabatnya secara buruk tidak pernah membalas, kecuali kalau ada pelanggaran atas kehormatan Allah, maka ia akan membalas atas nama Allah Subhanahu Wata’ala” (HR. Muslim No. 2328).
  1. Mendengar hal yang dibenci
Jika mendengar hal yang dibenci akan memunculkan kemarahan seseorang, maka hendaknya seseorang menahan tangan dan lidahnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم -: لَيْسَ الْشَّدِيْدُ بِالْصُّرَعَةِ وإِنَّمَا الْشَّدِيْدُ الْذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.  رواه البخاري ومسلم

Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wasallam bersabda: "Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah”. (HR. Bukhori No. 6114, HR. Muslim No. 6810).
  1. Megetahui atau mendapat informasi tentang hal yang dibenci
Jika mengetahui atau mendapat informasi hal yang dibenci akan memunculkan kemarahan seseorang, maka hendaknya seseorang menahan tangan dan lidahnya.

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ - رضي الله عنه - عَنِ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلمقَالَمَا تَعُدُّوْنَ الْصُّرَعَةَ فِيْكُمْ؟ قُلْنَاالْذِي لاَ يَصْرَعُهُ الْرِّجَالُ قَالَ: لَيْسَ ذَلِكَ. وَلَكِنَّهُ الْذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ. رواه مسلم 

Dari Ibnu Mas’ud Radliyallaahu 'anhu ia berkata dari "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam bersabda: "Menurut kalian, siapa yang kalian anggap paling kuat?" para sahabat menjawab, "Yaitu orang yang tidak terkalahkan dalam adu gulat." Beliau bersabda: "Bukan itu, orang yang paling kuat. melainkan orang yang mampu menahan dirinya saat marah." (HR. Muslim No. 6807).

B. Makna Jangan Marah

Adapun makna jangna marah yaitu jangan meluapkan amarahmu jika seseorang membuatmu marah. Karena kemarahan adalah letaknya di hati yang susah dikendalikan, maka obatnya adalah menghindari sebab-sebabnya dan sikap marah bukanlah sebuah aib yang besar selama kita tidak mengikutinya dengan kekerasan berupa main fisik atau ucapan yang menyakitkan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - يَقُوْلُ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُوْلُ: (اللَّهُمَّ إِنَّمَا مُحَمَّدٌ بَشَرٌ يَغْضَبُ كَمَا يَغْضَبُ الْبَشَرُ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Abu Hurairah Radliyallaahu 'Anhu mendengar bahwa Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wasallam bersabda: “Ya Allah, aku Muhammad, hanyalah seorang manusia yang bisa marah sebagaimana manusia yang lainnya”. (HR. Muslim, No.2601).

وعَنْ عَائشَةَ - رضي الله عنها - , قَالَتْ: مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - شَيئاً قَطُّ بِيَدِهِ؛ ولا امْرَأةً وَلاَخَادِمَاً؛ إلا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَمَا نِيْلَ مِنْهُ شَيءٌ قطُّ فَينْتَقِمُ مِنْ صَاحِبِهِ؛ إلا أَنْ يُنْتَهَكَ شيءٌ من محُارُمِ اللهِ؛ فَيَنْتَقِمَ للهِ عَزَّ وَجَلَّ.  رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Aisyah radhiyallahu anhu, berkata: “Bahwa Rasulullah tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya, tidak pada perempuan (istri), tidak juga pada pembantu, kecuali dalam perang di jalan Allah Ta’ala. Rasulullah juga ketika diperlakukan sahabatnya secara buruk tidak pernah membalas, kecuali kalau ada pelanggaran atas kehormatan Allah Ta’ala, maka ia akan membalas atas nama Allah Ta’ala.” (HR. Muslim No. 2328). Siapa yang mampu tidak meluapkan amarahnya ketika ada yang membuatnya marah maka, Allah akan memanggilnya untuk memilih bidadari sesuka hatinya.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِي عَنْ أَبِيْهِ - رضي الله عنه - عَنْ الْنَّبِي - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يُنَفِّذَهُ دَعَاهُ اللهُ يَوَمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُؤُوسِ الْخَلاَئقِ حَتَى يُخَيِّرَهُ فِي أَيِّ الْحُورِ شَاءَ. رَوَاهُ أَبُو داود

Dari Mu'adz bin Anas al Juhani dari Bapaknya bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Barang siapa menahan kemarahan padahal ia mampu untuk meluapkannya, maka pada hari kiamat Allah Ta’ala akan memanggilnya di antara manusia, hingga Allah Ta’ala menyuruhnya untuk memilih bidadari sesuka hatinya." (HR. Abu Daud No. 4147).

وَقَالَ سَلْمَانُ - رضي الله عنه - لِرَجُلٍ: (لاَ تَغْضَبْ. فَقَالَ: لاَ أَمْلِكُ فَقَالَ: إِذَا غَضِبْتَ فَامْسِكْ يَدَكَ وَلِسَانَكَ). رَوَاهُ ابْنُ أَبِي الْدُّنْيَا. قُلْتُ: وَتَنْفِيْذُ الْغَضَبِ ضَعْف؛ إِذْ لاَ يَسْتَطِيْعُ لِيَدِهِ وَلِسَانِهِ أَنْ يَكُف.

Dan berkata Salman Radliyallaahu 'anhu kepada seorang pria: ‘Jangan marah’ pria itu berkata: ‘Aku tidak bisa’ maka, Salman mengatakan; ‘kalau begitu jaga tangan dan lisanmu ketika marah’. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya). Menahan amarah memang sulit, tapi setidaknya dapat menahan tangan dan lisan kita ketika marah.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ - رضي الله عنه - قَالَ: قاَلَ لِي رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم -: يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّي أَرَاكَ ضَعِيْفاً, وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي فَلاَ تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيِنِ ولا تَولَّيَنَّ مَالَ يَتِيْمٍ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Dzar Radliyallaahu 'anhu mendengar bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyampaikan kepadaku: ‘‘Wahai Abu Dzar, aku melihatmu sangat lemah, aku menginginkan (suatu kebaikan) untukmu seperti aku menginginkanya untukku, jangan kamu menjadi pemimpin di antara dua orang dan jangan kamu menguasai harta anak yatim’’. (HR. Muslin No. 1826). Dan orang yang mudah marah adalah orang yang paling lemah. Tinggalkanlah marah walaupun butuh kekuatan dan usaha yang besar, karena dengan kemampuan kita meninggalkan marah adalah menunjukan kedewasaan dan menjaga muru’ah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم -: لَيْسَ الْشَّدِيْدُ بِالْصُّرَعَةِ وإِنَّمَا الْشَّدِيْدُ الْذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.  رواه البخاري ومسلم

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah”. (HR. Bukhori No. 6114, HR. Muslim No. 6810). Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam adalah orang paling mampu menahan amarahnya.

وعَنْ عَائشَةَ - رضي الله عنها - , قَالَتْ: مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - شَيئاً قَطُّ بِيَدِهِ؛ ولا امْرَأةً وَلاَخَادِمَاً؛ إلا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَمَا نِيْلَ مِنْهُ شَيءٌ قطُّ فَينْتَقِمُ مِنْ صَاحِبِهِ؛ إلا أَنْ يُنْتَهَكَ شيءٌ من محُارُمِ اللهِ؛ فَيَنْتَقِمَ للهِ عَزَّ وَجَلَّ.  رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Aisyah radhiyallahu anha, berkata: “Bahwa Rasulullah tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya, tidak pada perempuan (istri), tidak juga pada pembantu, kecuali dalam perang di jalan Allah Ta’ala. Rasulullah juga ketika diperlakukan sahabatnya secara buruk tidak pernah membalas, kecuali kalau ada pelanggaran atas kehormatan Allah Ta’ala, maka ia akan membalas atas nama Allah Ta’ala.” (HR. Muslim No. 2328).

وَعَنْ أَنَسٍ - رضي الله عنه - قَالَ: خَدَمْتُ النَّبِيَّ: - صلى الله عليه وسلم - عَشَرَ سِنِينَ فَمَا قَالَ: لِشَيءٍ فَعَلْتُهُ لِمَا فَعَلْتَهُ وَلاَ لِشَيءٍ تَرَكْتَهُ لِمَا تَرَكْتَهُ. رَوَاهُ ترمذي

Dari Anas Radhiyallahu anhu berkata: Aku telah berkhidmah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun, maka beliau tidak pernah mengatakan kata “cih” kepadaku, beliau tidak pernah mengatakan “Mengapa kamu melakukan ini” terhadap apa yang aku telah perbuat, dan mengecam dengan mengatakan: “Kenapa engkau meninggalkan ini”, terhadap apa yang aku tinggalkan. (HR. Tirmidzi No. 2015). Anas bin Malik Radhiyallahu anhu pernah berkata; ‘Jika ada yang mencela saya’, dia berkata: "Biarkanlah, jika Allah telah menetapkan sesuatu, itu akan pasti terjadi."Dan diantara doa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: “Ya Allah kepada-Mu aku memohon kepadamu perkataan yang baik ketika marah dan ridho”.  

Diterjemahkan dari Kitab Jangan Marah judul aslinya (لا تغضب)
Karangan Syaikh Muhammad Al ‘amaari
Penterjemah Oleh Darus Selian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)