Cara Mengobati Penyakit ‘Ain
Adapun orang yang terlanjur terkena ‘ain maka
yang pertama kali harus dilakukan adalah bersabar. Hendaknya ia meyakini bahwa
penyakit ‘ain itu terjadi atas izin Allah. Allah Ta’ala berfirman:
مَا
أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّـهِ
يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu” (QS. At Taghabun: 11).
Dan hendaknya ia bertawakkal hanya kepada
Allah. Ia meyakini bahwa satu-satunya yang bisa menyembuhkan hanyalah
Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِن
يَمْسَسْكَ اللَّـهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ
“jika Allah menimpakan suatu mudharat
kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Allah sendiri”
(QS. Al An’am: 17).
Jika orang yang terkena ‘ain bertawakkal
kepada Allah sepenuhnya, maka pasti Allah akan sembuhkan. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah
pasti Allah akan penuhi kebutuhannya” (QS.
Ath Thalaq: 3).
Dan hendaknya orang yang terkena ‘ain mengusahakan
sebab-sebab yang bisa menyembuhkan penyakit ‘ain, diantaranya:
1. Mandi dari air bekas mandi orang yang
menyebabkan ‘ain
Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu,
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
العين
حق ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين ، وإذا استغسلتم فاغسلوا
“‘Ain itu benar adanya. Andaikan ada perkara
yang bisa mendahului takdir, maka itulah ‘ain. Maka jika kalian mandi,
gunakanlah air mandinya itu (untuk memandikan orang yang terkena ‘ain)” (HR. Muslim).
2. Mandi dari air bekas wudhu orang yang
menyebabkan ‘ain
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Umamah
bin Sahl. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir
bin Rabi’ah untuk berwudhu dan menyiramkan air wudhunya kepada Sahl yang
terkena ‘ain. Dalam riwayat yang lain:
فَأَمَرَ
عَامِرًا أَنْ يَتَوَضَّأَ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ،
وَرُكْبَتَيْهِ وَدَاخِلَةَ إِزَارِهِ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَصُبَّ عَلَيْهِ
“Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
memerintahkan Amir untuk berwudhu. Lalu Amir membasuh wajah dan kedua tangannya
hingga sikunya, dan membasuh kedua lututnya dan bagian dalam sarungnya. Lalu
Nabi memerintahkannya untuk menyiramkannya kepada Sahl” (HR. An Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Ibni Majah).
Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia
berkata:
كانَ
يُؤمَر العائِنُ، فيتوضّأُ، ثم يَغْتَسِلُ منه المَعِينُ
“Dahulu orang yang menjadi penyebab ‘ain
diperintahkan untuk berwudhu, lalu orang yang terkena ‘ain mandi dari sisa air
wudhu tersebut” (HR Abu Daud, dishahihkan Al Albani
dalam Silsilah Ash Shahihah).
3. Ruqyah syar’iyyah
Sebagaimana hadits dari Asma bintu Umais radhiallahu’anha,
ia berkata:
يا
رسول الله ، إن بني جعفر تصيبهم العين ، أفنسترقي لهم ؟ ، قال : نعم ، فلو كان شيء
سابق القدر لسبقته العين
“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena
penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi menjawab: iya boleh.
Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan Al Albani dalam Shahih
Ibnu Majah).
Ada beberapa cara meruqyah orang yang terkena
‘ain, diantaranya dengan membacakan doa yang ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha,
ia berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasakan
sakit, Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa:
باسْمِ
اللهِ يُبْرِيكَ، وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إذَا
حَسَدَ، وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ
/bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in
yasyfiik, wa min syarri haasidin idza hasad, wa syarri kulli dzii ‘ainin/
(dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu
dari segala penyakit dan dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang
yang menyebabkan ‘ain) (HR.
Muslim).
Atau membaca doa-doa ruqyah dari hadits-hadits
shahih yang lainnya, serta ayat-ayat Al Qur’an. Dan semua ayat-ayat Al Qur’an
bisa untuk meruqyah.
Demikian pemaparan singkat mengenai penyakit
‘ain. Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari keburukan penyakit ‘ain. Wallahu
waliyyu dzalika wal qaadiru ‘alaihi.