Jadilah Pemaaf
Jadilah Pemaaf

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS Al-A’raf: 199).

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
“Sedekah itu tidak mengurangi harta dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya), keculai kemulian di dunia dan akhirat, serta tidaklah seorang hamba merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan derajatnya di dunia dan akhirat. ” (HR. Muslim: 2588).

Bila kita merujuk secara etimologi kata maaf berasal dari Bahasa arab yaitu,:

عَفَا يَعْفُو عَفْوًا
Artinya Maaf atau meminta pengampunan. (Lisanularab ibnu Manzdur:15/72).

Dalam kamus Al Munawwir artinya adalah penghapusan, ampun, bertambah, atau anugrah. (Munawwir, 1984: 1020).

Dan adapun secara terminology kata maaf adalah :

العَفْو وَهُوَ التَّجاوُزُ عَنِ الذَّنْبِ وتَرْكُ العِقابِ عَلَيْهِ
Artinya “maaf itu adalah mengabaikan kesalahannya dan tidak menghukumnya”. (Lisanularab ibnu Manzdur:15/72).

Adapun makna al ‘afwu (QS Al-A’raf: 199) berdasarkan riwayat yang paling masyhur adalah memaafkan kesalahan orang yang telah berbuat aniaya terhadapmu. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Imam Ismail bin Katsir dalam kitabnya yang penomimal Tafsir Ibnu Katsir.

Dari Ubay yang menceritakan bahwa ketika Allah Ta’ala menurunkan ayat berikut kepada Nabi-Nya, yaitu firman-Nya: Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang-orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Al-A'raf: 199) Maka Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Jibril, apakah artinya ini?" Jibril menjawab, "'Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadamu agar memaafkan terhadap perbuatan orang yang berbuat aniaya kepadamu, dan kamu memberi orang yang mencegahnya darimu, serta bersilaturahmi kepada orang yang memutuskannya darimu." (Tafsir Ibnu Katsir; 3/531).

Tidak semua orang bisa berlapang dada dalam hal memaafkan bahkan ada yang berujung dendam sampai seumur hidup, tentunya hal ini tidaklah dianjurkan, adapaun obat agar hati kita terbuka untuk bisa memaafkan kesalahan orang adalah dengan mengingat pahalanya yang dijanjikan Allah ta’ala bagi mereka yang sanggup membuka pintu maafnya yaitu kemulian dan derajat kita akan diangkat oleh Allah Ta’ala, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah.

Adapun keutamaan al ‘afwu (HR. Muslim: 2588).: yaitu dan janganlah menyangka bahwa orang yang memberi maaf itu hina, dan memaafkan orang yang telah berbuat dzolim akan menjadikan dirimu mulia dan disegani. (Fiqih Islam Syarah Bulughul Maram: 10/302).

Agar hati kita mudah memaafkan kesalahan orang alangkah baiknya kita bercermin dengan sifat maafnya para nabi, sahahat, tabiin dan ulama-ulama yang sholeh.

Betapa agung dan mulianya sifat maaf Rasulullah Ketika mendapati siksaan dan caci maki dari penduduk Ta’if.

Imam al-Bukhari melalui sanadnya menceritakan dengan panjang lebar hadits dari Urwah Ibn al-Zubair bahawa 'A'isyah (r.a) telah meriwayat hadits kepadanya. Dimana Jibril mendatangi Rasulullah, beliau menyeru daku dengan katanya: ‘’Sesungguhnya Allah telahpun mendengar kata-kata kaum kau itu dan segalajawapan dan penolakan mereka terhadapmu itu, justeru itu maka Allah telah mengutus malaikat penguasa gunung-ganang untuk kau perintahkannya bertindak terhadap kaum kau itu, malaikat penguasa gunung-ganang tadi memanggil Baginda serta memberi salam pada aku dan berkata: Wahai Muhammad, itu dia bukit-bukit, apa yang kau mahu, sekiranya kau mahu aku tangkupkan mereka dengan bukit alAkhsyabain itu, nescaya ku lakukan. Al-Akhsyabain ialah dua buah bukit di Makkah, iaitu bukit Abu Qubais dan bukit Qaiqa'an. Jawab Rasulullah: Tapi apa yang ku harapkan ialah agar Allah mengeluarkan zuriat dari keturunan mereka itu benih-benih yang akan menyembah Allah yang Esa tanpa mempersekutukan Allah sesuatu apa pun’’. (Sirah Nabawiyah al-Raheeq al- Makhtum : 70/333).

Begitu juga dengan para Nabi sebelum Rasulullah semua memiliki sifat maaf yang sangat agung, seperti kisah Nabi Yusuf ‘Alaihi salam yang sanggup memaafkan semua kesalahan saudara-saudaranya yang talah menzdolimunya.

Diceritakan di dalam Al-Quran, Allah Ta’ala Berfirman:

قال الله تعالى: قَالَ لَا تَثۡرِيبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡيَوۡمَۖ يَغۡفِرُ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ
“Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara Para Penyayang”. [Yusuf/12: 92].

Ibnu Ishaq dan As-Sauri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kalian. (Yusuf: 92) Artinya, tiada celaan atas kalian hari ini di hadapanku atas apa yang telah kalian kerjakan di masa lalu. mudah-mudahan Allah mengampuni kalian. (Yusuf: 92) Yaitu semoga Allah mengampuni apa yang telah kalian kerjakan. dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (Yusuf: 92). ((Tafsir Ibnu Katsir; 4/409).

Dan kita tutup dengan sebuah syair yang agung dari Imam Asyafi’i mengatakan dalam lantunan bait syairnya:

قالوا سكتَّ وقد خُوصِمتَ! قلتُ لهم          إنَّ الجواب لِبابِ الشرِّ مفتاحُ
فالعفو عن جاهلٍ أو أحمقٍ أدب    نِعِمٌ! وفيه لصونِ العِرض إصلاحُ
إن الأُسود لتخشَى وهي صامتة     والكلب يُحثَى ويُرمَى وهو نبَّاحُ
Mereka berkata , engkau diam padahal engkau telah didebat !?, maka aku katakan
Bila dilayani Itu adalah kunci pembuka pintu kejelekan
Ketahuilah memaafkan/diam terhadap orang jahil atau orang dungu adalah kemulian
Sebuah kemulian, juga padanya upaya untuk menjaga kehormatan diri
Tidakkah engkau melihat singa itu ditakuti padahal dia diam!?
sementara anjing dibungkamkan padahal dia mengonggong. (Bulughul Ghoyah min Tahzib Biyatul Hidayah :125).

Pelajaran yang dapat kita petik dari sifat memaafkan ini:
1. Menjalankan perintah Allah azza wa jalla.
2. Menghilangkan kedengkian dan kebencian pada sesama.
3. Mendapat kemulian dan derajat yang tinggi didunia maupun diakhirat kelak.
4. Mempererat persaudaraan diantara kaum muslimin

Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa Ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa Ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya. Aamiin Ya Robbal ‘alamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)