Kasus Gagal Ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) kembali ditemukan pada seorang anak balita 1 tahun di DKI Jakarta. Sang balita meninggal dunia usai meminum obat penurun panas merk Praxion. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memerintahkan penghentian sementara peredaran obat penurun panas Praxion yang diproduksi PT Pharos.
Kepala BPOM Penny Lukito sudah mengeluarkan surat instruksi kepada industri kimia dan obat-obatan untuk menghentikan sementara peredaran sirup Praxion. Sebab sebelumnya sirup ini masuk dalam daftar obat aman yang tidak menyebabkan GGAPA.
“Kami setop sementara sambil proses penyelidikan selesai,” kata Penny melalui keterangan pers seperti ditulis Satu Viral, Selasa (07/02).
Merespon penghentian ini, BPOM telah menginstruksikan perusahaan farmasi PT Pharos untuk menarik kembali produk ini dari semua distributor toko obat, dan apotik. Selain itu BPOM telah beredar ke sejumlah toko obat dan apotik untuk menginformasikan penarikan dan penghentian penjualan obat Praxion.
“BPOM juga melakukan pemeriksaan terhadap fasilitas produksi terkait Good Manufacturing Practice (GMP) di perusahaan,” kata BPOM.
Lebih lanjut, penny mengatakan BPOM telah melakukan investigasi pada sampel produk obat dan bahan baku pada obat yang diminum oleh sang balita. Bahkan BPOM sudah membawa sampel obat untuk diuji di laboratorium Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN).
Kronologi Balita Meninggal Usai Minum Praxion
Sebelumnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan satu orang pasien yang menderita GGAPA baru di DKI Jakarta. Penderita berusia 1 tahun dinyatakan meninggal pada Rabu (1/2).
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan awalnya pasien memiliki gejala seperti batuk, pilek dan demam. Lalu pasien diberi obat Praxion oleh sang ibu atas saran dokter.
Bukannya sembuh, kondisi pasien malah tambah parah. Bahkan pasien tidak mampu untuk buang air kecil (juga dikenal sebagai anuria). Sang ibu lalu membawa anaknya ke rumah sakit. Sayangnya nyawa sang balita tidak selamat.
“Habis minum obat, mengeluh tidak bisa buang air kecil, demam tambah tinggi. Pasien lalu dinyatakan meninggal pada Rabu (01/02),” kata Syahril.
Tim dokter kemudian memeriksa dan menemukan indikasi penyebab GGAPA dari obat yang diminum itu. Selain itu ditemukan juga satu suspec GGAPA pada anak berusia 7 tahun. Namun nyawa sang anak selamat dan belum dilakukan penyelidikan lebih lanjut penyebab sang anak terkena GGPA.
Sumber:
stauviral.com