Ahlus Sunnah Sedikit, Maka Jangan Berselisih Dan Berpecah Belah
Ahlus Sunnah Sedikit, Maka Jangan Berselisih Dan Berpecah Belah

“Bagaimana mau berjaya, sesama muslim saja saling jotos-jotosan, orang non-muslim ketawa-ketawa dan senang”.

Mungkin kita pernah mendengar kalimat di atas, ternyata ada benarnya juga. Sesama muslim dan ahlus sunnah berpecah belah dan saling bermusuhan. Ada perbedaan sedikit saja mengenai fikh langsung menjadi ajang permusuhan dan debat.Melihat saudaranya salah, langsung dihakimi, disalahkan bahkan disesatkan, seharusnya dinasehati dengan cara yang baik dan bukan didepan publik. Atau mencari-cari kesalahan saudaranya (setiap orang pasti punya kesalahan dan kalau dicari-cari pasti ada).

Seharusnya banyak hunudzan kepada saudaranya. Ketika berdakwah dan menyampaikan pendapat tidak memaksakan, menggunakan prinsip: hanya menyampaikan, jika diterima alhamdulillah, jika ditolak maka tidak boleh dimusuhi karena masih bersaudara bahkan harus didoakan, karena hakikat dakwah dan nasehat adalah menghendaki kebaikan kepada orang lain.

Inilah nasehat yang diberikan oleh para ulama, agar kita berlemah lembut sesama kaum muslimin dan ahlus sunnah.

Hasan Al-Bashri rahimahullahberkata,

يا أهل السنة ترفقوا رحمكم الله فإنكم من أقل الناس
“Wahai Ahlus sunnah, hendaknya kalian saling berlemah lembut -semoga Allah merahmati kalian- karena kalian sangat sedikit.”[1]

Nasehatilah dengan cara yang baik dan mengedepankan husnudzan

Sufyan Ats-Tsauri rahiahullahberkata,

استوصوا بأهل السنة خيرا فإنهم غرباء
“Hendaknya kalian saling menasehati sesama ahlus Sunnah dengan cara yang baik karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang asing (ghuroba)/jumlahnya sedikit.”[2]

Persatuan yang mahal harganya

Jika ingat firman Allah yang menjelaskan bagaimana dahulu kalian berpecah belah kemudian Allah satukan hati-hati kalian, maka persatuan adalah harga yang sangat mahal dan termasuk nikmat dari Allah

Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena nikmat Allah, menjadilah kamu orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. “(Ali-Imran:103)

Ingat pesan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam agar tidak saling membenci dan sebagainya,

لاَتَبَاغَضُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki dan saling membelakangi. Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.”[3]

Musuh Islam saja yang berpecah belah atau persatuan mereka yang semu dan berpura-pura

Persatuan mereka hanya berlandaskan dunia, jika dunia sudah tidak ada atau ada kepentingan bertolak belakang, maka mereka dalam sekejab akan berpecah belah. Padahal kita melihat mereka seolah-olah bersatu.

Allah Ta’ala berfirman,

تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ
“Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah.”  (Al-Hasyr:14)

Sedangkan kaum muslimin, mereka saling menyayangi, mencintai dan berlemah lembut

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.”[4]

Demikian semoga bermanfaat

  Penyusun: Ustadz Raehanul Bahraen


sumber :
Artikel www.muslimafiyah.com
[1] Al-Laalikaa’i 1/57/19
[2] Al-Laalikaa’i 1/64/49
[3] Muttafaqun ‘alaih
[4]  HR. Bukhari dan Muslim, ini adalah lafazh Imam Muslim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)